Jumat, 11 November 2011

 DAFTAR BUPATI-BUPATI SUMENEP
Daftar Raja / Bupati yang memerintah di Sumenep
No.NAMATAHUN
1.
RP. Ario Samadikun ( Prawoto Adikusumo )
1929 - 1947
2.
RP. Amijoyo
1947 - 1949
3.
RP. Moh. Alipratamingkusomo
1949 - 1954
4.
R. Moh. Ruslan Wongsokusumo
1954 - 1956
5.
RA. Ruslan Cakraningrat
1956 - 1958
6.
R. Surahmad Prawiro Widoyo
1958 - 1959
7.
R. Ahyak Sosro Sugondo
1959 - 1960
8.
K. Abdullah Mangunsiswo
1960 - 1963
9.
Drs. Abdurrahman
1963 - 1974
10.
RP. Mahmud Sosro
1974 - 1975
11.
HR. Soemar'oem
1975 - 1985
12.
Soegondo
1985 - 1995
13.
Kol. Art. H. Soekarno Marsaid
1995 - 2000
14.
KH. Moh. Ramdlan Siradj, SE, MM
2000 - 2005
15.
KH. Moh. Ramdlan Siradj, SE, MM
2005 - 2010
16.
Drs. KH. A. BUSYRO KARIM, M.Si
2010 -
DAFTAR RAJA-RAJA SUMENEP
Daftar Raja yang pernah memerintah di Sumenep
NO
NAMA
TEMPAT KERATON
TAHUN
KETERANGAN
1.
Aria Banyak Wedi
( Aria Wiraraja )
Batuputih
1269-1292
Otak pendiri Ker. Majapahit
2.
Ario Bangah( Wiraraja )
Banasare
1292-1301

3.
Ario Danurwendo
( Lembu Sarenggono )
Aeng Anyar
1301-1311

4.
Ario Assrapati

1311-1319

5.
Panembahan Joharsari
Bluto
1319-1331

6.
Panembahan Mandaraga
( R. Piturut )
Keles
1331-1339

7.
P. Bukabu Wotoprojo
Bukabu
1339-1348

8.
P. Baragung Notoningrat
Baragung
1348-1358

9.
R. Agung Rawit
( Secodiningrat I )
Banasare
1358-1366

10.
Tumenggung Gajah Pramono
( Secodiningrat II )
Banasare
1366-1386

11.
Panembahan Blongi
( Aryo Pulang Jiwo )
Bolingi / Poday
1386-1399

12.
Pangeran Adipoday
(Ario Baribin )
Nyamplong / Poday
1399-1415

13.
Pangeran Jokotole( P. Secodiningrat III )
Banasare
1415-1460
Pendiri Benteng Kalimo'okmelawan orang-orang Bali . Awang pendiri pintuGerbang Ker. Majapahit>
14.
R. Wigonando
( P. Secodiningrat IV )
Gapura
1460-1502

15.
P. Siding Purih
( P. Secodingrat V )
Parsanga
1502-1559
Patoh Takundur
16.
RT. Kanduruwan
Karang Sabu
1559-1562

17.
P. Wetan dan P Lor

1562-1567

18.
R. Keduk ( P. Keduk II )

1567-1574

19.
R. Rajasa ( P. Lor II )

1574-1589

20.
R. Abdullah( P. Cokronegoro I )
Karang Toroy
1589-1626

21.
P. Anggadipa
Karang Toroy
1626-1644

22.
Tumenggung JaingPatih dari Sampang
Karang Toroy
1644-1648

23.
R. Bugan
( Tumenggung Yudonegoro )
Karang Toroy
1648-1672

24.
P.T. Pulang Jiwo dan P. Sepuh
Karang Toroy
1672-1678

25.
P. Romo
( P. Cokronegoro II )
Karang Toroy
1678-1709

26.
RT. Wiromenggolo( Purwonegoro )
Karang Toroy
1709-1721

27.
R. Ahmat alias P. Jimat
( T. Aryo Cokronegoro III )
Karang Toroy
1721-1744

28.
R. Alza Alias P. Lolos
Karang Toroy
1744-1749
Lolos dalam penyergapan K. Lesap
29.
K. Lesap
Karang Toroy
1749-1750
Pimpinan sementaradiserahkan T. Tirtonegoro
30.
R. Ayu Tirtonegoro
R. Rasmana & Bindara Saod
Pajagalan
1750-1762
Pemerintahan diserahkanpada suaminya
31.
Panembahan Sumolo Asiru
Pajagalan
1762-1811
Pendiri Masjid Jamik
32.
Sri Sultan Abdurrahman
( Pakunataningrat I )
Pajagalan
1811-1854
Kerajaan Sumenep
33.
Panembahan Moh. Saleh
( Notokusumo II )
Pajagalan
1854-1879

34.
P. Mangkudiningrat
( P. Pakunataningrat II )
Pajagalan
1879-1901

35.
P. Ario Prataningkusumo
Pajagalan
1901-1926

36.
RP. Ario Prabuwinoto
Pajagalan
1926-1929


 SELAYANG PANDANG SEJARAH SUMENEP
PENGANTAR 
Sejarah Sumenep jaman dahulu diperintah oleh seorang Raja. Ada 35 Raja yang telah memimpin kerajaan Sumenep. Dan, sekarang ini telah dipimpin oleh seorang Bupati. Ada 14 Bupati yang memerintah Kabupaten Sumenep.
Mengingat sangat keringnya informasi/data yang otentik seperti prasati, pararaton, dan sebagainya mengenai Raja Sumenep maka tidak seluruh Raja-Raja tersebut kami ekspose satu persatu, kecuali hanya Raja-Raja yang menonjol saja popularitasnya.
Pendekatan yang kami gunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan historis dan kultural, selain itu kami gunakan juga pendekatan ekonomis, psikologis dan edukatif.

JAMAN PEMERINTAH KERAJAANARYA WIRARAJA 
           Arya Wiraja dilatik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269, yang sekaligus bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sumenep. Selama dipimpin oleh Arya Wiraja, banyak kemajuan yang dialami kerajaan Sumenep. Pria yang berasal dari desa Nangka Jawa Timur ini memiliki pribadi dan kecakapan/kemampuan yang baik. Arya Wiraja secara umum dikenal sebagai seorang pakar dalam ilmu penasehat/pengatur strategi, analisanya cukup tajam dan terarah sehingga banyak yang mengira Arya Wiraja adalah seorang dukun.
Adapun jasa-jasa Arya Wiraja :
- Mendirikan Majapahit b ersama dengan Raden Wijaya.
- Menghancurkan tentara Cina/tartar serta mengusirnya dari tanah Jawa.
           Dalam usia 35 Tahun, karier Arya Wiraja cepat menanjak. Mulai jabatan Demang Kerajaan Singosari kemudian dipromosikan oleh Kartanegara Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, kemudian dipromosikan oleh Raden Wijaya menjadi Rakyan Menteri di Kerajaan Majapahit dan bertugas di Lumajang. Setelah Arya Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran. kekuasaan diserahkan kepada saudaranya Arya Bangah dan keratonnya pindah dari Batuputih ke Banasare di wilayah Sumenep juga. Selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Danurwendo, yang keratonnya pindah ke Desa Tanjung. Dan selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya asparati. Diganti pula oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari. Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu (Kecamatan Ambunten). Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran Baragung yang kemudian pindah ke Desa Baragung (Kecamatan Guluk-guluk).
PANGERAN JOKOTOLE (Pangeran Secodiningrat III)
           Pangeran Jokotole menjadi raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Jokotole da adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan bathin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12). Karena hasil dari perkawinan Bathin itulah, maka banyak orang yang tidak percaya. Dan akhirnya, seolah-olah terkesan sebagai kehamilan diluar nikah. Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi RA Potre Koneng langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya.
            Peristiwa kelahiran Jokotole, terulang lagi oleh adiknya yaitu Jokowedi. Kesaktian Jokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan dari alat apapun hanya dari badanya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya sendiri. Lewat kesaktiannya itulah maka ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas pehendak Brawijaya VII. Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih. Cairan putih tersebut untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Dan, akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.
            Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengadi di kerajaan Majapahit tersebut yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Setibanya dari Sumenep ia bersama istrinya bernama Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya RA Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III. Saat menjadi raja ia terlibat pertempuran besar melawan raja dari Bali yaitu Dampo Awang, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Jokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktiannya Dampo Awang. Dan kemudian kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 dan kemudian digantikan oleh Arya Wigananda putra pertama dari Jokotole.
RADEN AYU TIRTONEGORO DAN BINDARA SAOD
             Raden Ayu Tirtonegoro merupakan satu-satunya pemimpin wanita dalam sejarah kerajaan Sumenep sebagai Kepala Pemerintahan yang ke 30. Menurut hikayat RA Tirtonegoro pada suatu malam bermimipi supaya Ratu kawin dengan Bindara Saod. Setelah Bindara Saod dipanggil, diceritakanlah mimpi itu. Setelah ada kata sepakat perkawinan dilaksanakan, Bindara Saodmenjadi suami Ratu dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro.
             Terjadi peristiwa tragis pama masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Raden Purwonegoro Patih Kerajaan Sumenep waktu mencintai Ratu Tirtonegoro, sehingga sangat membenci Bindara Saod, bahkan merencanakan membunuhnya. Raden Purwonegoro datang ke keraton lalu mengayunkan pedang namun tidak mengenai sasaran dan pedang tertancap dalam ke tiang pendopo. Malah sebaliknya Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona. Seperti diketahui bahwa Ratu Tirtonegoro dan Purwonegoro sama-sama keturunan Tumenggung Yudonegoro Raja Sumenep ke 23. Akibatnya keluarga kerajaan Sumenep menjadi dua golongan yang berpihak pada Ratu Tirtonegoro diperbolehkan tetap tinggal di Sumenep dan diwajibkan merubah gelarnya dengan sebutan Kyai serta berjanji untuk tidak akan menentang Bindara Saod sampai tujuh turunan. Sedang golongan yang tidak setuju pada ketentuan tersebut dianjurkan meninggalkan kerajaan Sumenep dan kembali ke Pamekasan, Sampang atau Bangkalan.
PANEMBAHAN SOMALA
             Bandara Saod dengan isterinya yang pertama di Batu Ampar mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua yang bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod). Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.
              Beberapa peristiwa penting pada zaman pemerintahan Somala antara lain menyerang negeri Blambangan dan berhasil menang sehingga Blambangan dan Panarukan menjadi wilayah kekuasaan Panembangan Notokusumo I. Kemudian beliau membangun keraton Sumenep yang sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabupaten. Selanjutnya beliau membangun Masjid Jamik pada tahuhn 1763, Asta Tinggi (tempat pemakaman Raja-Raja Sumenep dan keluarganya) juga dibangun oleh beliau.
SULTAN ABDURRACHMAN PAKUNATANINGRAT
               Sultan Abdurrachman Pakunataningrat bernama asli Notonegoro putra dari Raja Sumenep yaitu Panembahan Notokusumo I. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat mendapat gelar Doktor Kesusastraan dari pemerintah Inggris, karena beliau pernah membantu Letnan Gubernur Jendral Raffles untuk menterjemahkan tulisan-tulisan kuno di batu kedalam bahasa Melayu. Beliau memang meguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Sansekerta, Bahasa Kawi, dan sebagainya. Dan, juga ilmu pengetahuan dan Agama. Disamping itu pandai membuat senjata Keris. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat dikenal sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Sumenep, oleh karena itu ia sangat disegani dan dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sekarang.